Seminar di Perpustakaan Kota Jogja (3) : Meningkatkan Sinergi Antar Pustakawan dan Perpustakaan Sekolah


Waaaaah maaf teman-teman, janji saya untuk merampungkan artikel hasil seminar forum perpustakaan sekolah di Perpustakaan Kota Jogja beberapa saat yang lalu harus molor. Karena memang ahir-ahir ini banyak sekali agenda, mulai dari program kerja perpustakaan Daarul Ilmi SMPIT Abu Bakar Yogyakarta yang saya kelola, hingga program pendampingan Musyada ATPUSI Kab/Kota se-DIY. Ya,, yang terbaru ya Musyda ATPUSI Kab. Bantul, yang alhamdulillah sukses. Sekarang ini kami dari pengurus ATPUSI DIY tengah melakukan pendampingan Musyda ATPUSI Kab. Kulon Progo, menyusul kemudian nanti Musyda ATPUSI Kab. Sleman. **Lhoh... malah curhat.

Oke langsung saja kepada pembahasan.. Hmmm sekarang kita akan membicarakan mengapa kita perlu meningkatkan sinergi antar pustakawan dan perpustakaan sekolah? Naaaaah di sini kita akan melihat beberapa fakta yang terjadi di kalangan pustakawan dan perpustakaan, kususnya pustakawan dan perpustakaan sekolah.
  1. Dalam tataran nasional masih sangat banyak perpustakaan sekolah yang belum memiliki pustakawan, tidak hanya untuk tataran sekolah dasar (SD), tapi juga SMP bahkan SMA. Jangankan yang berkualifikasi lulusan Ilmu Perpustakaan, bahkan sekedar menugaskan seorang pegawai yang benar-benar fokus hanya menangani pengelolaan perpustakaan saja masih sangat jarang dilakukan sekolah. Bisa dengan berbagai alasan, entah karena kekurangan jumlah pegawai, kurangnya anggaran untuk penggajian pegawai, banyaknya pekerjaan sekolah "yang lebih penting" yang harus diselesaikan, dsb. Tapi permasalahan yang paling utama (menurut saya) adalah kurangnya kesadaran sekolah tentang arti penting perpustakaan di dalam pembelajaran dan proses pendidikan di sekolah tersebut. Padahal untuk mencapai kemajuan perpustakaan, dibutuhkan orang-orang yang fokus menangani perpustakaan dan juga memiliki kualifikasi skill yang baik di bidang perpustakaan, baik melali pendidikan formal (kuliah di jurusan Ilmu Perpustakaan) ataupun dengan pendidikan non formal (seperti kursus, pelatihan, seminar, diklat, bimtek, dsb.).

  2. Selanjutnya adalah pimpinan sekolah kurang memprioritaskan perpustakaan. Seperti yang saya sampaikan di poin pertama di atas, hal ini berangkat dari kurangnya kesadaran sekolah tentang arti penting perpustakaan di dalam pembelajaran dan proses pendidikan di sekolah tersebut. Perpustakaan sebenarnya memiliki peran sentral dalam mensukseskan visi dan misi pendidikan di sekolah tersebut. Hal ini karena (harusnya) setiap kegiatan pembelajaran dan proses pendidikan haruslah berorientasi pada perpustakaan. Apalagi dengan diterapkannya kurikulum 2013 yang memang mengharuskan siswa akif untuk menelusur informasi secara langsung ke sumber referensi primer yang relevan dengan pelajaran yang merekan dapatkan di kelas seperti buku, ensiklopedi, kamus, dsb. Hal ini hanya akan bisa mereka dapatkan di perpustakaan sekolah.

  3. Naaaah yang ketiga ini, yang hampir semua pustakawan seperti ini. Ya, pribadi pustakawan yang cenderung pasif, tertutup, minder dan kurang percaya diri. Benar kan? Tapi saya harap semoga saya salah. Hmmmm profesi sebagai seorang pustakawan, saat ini bisa dibilang masih dalam taraf "memprihatinkan" dan masih sangat panjang jalan yang harus ditempuh untuk melakukan perjuangan kearah sejahtera. Tidak seperti profesi Guru, Dokter, Pengacara, dsb yang mereke bisa menghasilkan materi yang cukup besar. Pustakawan (saat ini) masih sangat kecil pendapatannya, terutama yang belum PNS. Ada pustakawan yang sebulan hanya digaji 150 ribu rupiah. Bahkan saat Musyda ATPUSI Kab. Bantul kemarin, ada pustakawan yang mengungkapkan dia hanya mendapatkan gaji sebesar 75 ribu perbulan dari SD tempat dia bekerja. Inilah yang menyebabkan profesi pustakawan hingga saat ini masih dianggap profesi "dunia ketiga" sehingga masih kurang diminati dan bahkan cenderung dipandang sebelah mata. Hingga ahirnya pustakawannya sendiri pun merasa pasif, tertutup, minder, terasingkan dan kurang percaya diri.

Naaaah 3 hal inilah yang menjadi sebab kenapa kita harus meningkatkan sinergi dan kerjasama di antara pustakawan dan perpustakaan sekolah. Dengan bersinergi dan bekerjasama, kita pustakawan akan semakin kuat. Ibarat pepatah, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Untuk memperjuangkan hak-hak pustakwan dan memajukan perpustakaan yang kita kelola, hampir tidak mungkin kita lakukan seorang diri. Kita harus bersinergi dan bekerja sama dengan pustakawan dan perpustakaan sekolah yang lain. Bahkan dengan perpustakaan daerah ataupun dengan berbagai pihak lain. ^_^

Jangan dilihat ^_^

Post a Comment

0 Comments